NICCOLO MACHIAVELLI 1469-1527
Filosof politik Italia, Niccolo Machiavelli, termasyhur karena nasihatnya yang
blak-blakan bahwa seorang penguasa yang ingin tetap berkuasa dan memperkuat
kekuasaannya haruslah menggunakan tipu muslihat, licik dan dusta, digabung
dengan penggunaan kekejaman penggunaan kekuatan.
Dikutuk
banyak orang selaku bajingan tak bermoral, dipuja oleh lainnya selaku realis
tulen yang berani memaparkan keadaan dunia apa adanya, Machiavelli salah satu
dari sedikit penulis yang hasil karyanya begitu dekat dengan studi baik filosof
maupun politikus.
Machiavelli
lahir tahun 1469 di Florence ,
Italia. Ayahnya, seorang ahli hukum, tergolong anggota famili terkemuka, tetapi
tidak begitu berada.
Selama
masa hidup Machiavelli --pada saat puncak-puncaknya Renaissance Italia-- Italia
terbagi-bagi dalam negara-negara kecil, berbeda dengan negeri yang bersatu
seperti Perancis, Spanyol atau Inggris. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa
dalam masanya Italia lemah secara militer padahal brilian di segi kultur.
Di kala
Machiavelli muda, Florence
diperintah oleh penguasa Medici yang masyhur, Lorenzo yang terpuji. Tetapi
Lorenzo meninggal dunia tahun 1492, dan beberapa tahun kemudian penguasa Medici
diusir dari Florence ; Florence
menjadi republik (Republik Florentine) dan tahun 1498, Machiavelli yang berumur
dua puluh sembilan tahun peroleh kedudukan tinggi di pemerintahan sipil Florence . Selama empat
belas tahun sesudah itu dia mengabdi kepada Republik Florentine dan terlibat
dalam pelbagai missi diplomatik atas namanya, melakukan perjalanan ke Perancis,
Jerman, dan di dalam negeri Italia.
Tahun
1512, Republik Florentine digulingkan dan penguasa Medici kembali pegang tampuk
kekuasaan, Machiavelli dipecat dari posisinya, dan di tahun berikutnya dia
ditahan atas tuduhan terlibat dalam komplotan melawan penguasa Medici. Dia
disiksa tetapi tetap bertahan menyatakan tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan
pada tahun itu juga. Sesudah itu dia pensiun dan berdiam di sebuah perkebunan
kecil di San Casciano tidak jauh dari Florence .
Selama
empat belas tahun sesudah itu, dia menulis beberapa buku, dua diantaranya yang
paling masyhur adalah The Prince, (Sang Pangeran) ditulis tahun 1513, dan The
Discourses upon the First Ten Books of Titus Livius (Pembicaraan terhadap
sepuluh buku pertama Titus Livius). Diantara karya-karya lainnya adalah The art
of war (seni berperang), A History of Florence (sejarah Florence ) dan La Mandragola (suatu drama yang
bagus, kadang-kadang masih dipanggungkan orang). Tetapi, karya pokoknya yang
terkenal adalah The Prince (Sang Pangeran), mungkin yang paling brilian yang
pernah ditulisnya dan memang paling mudah dibaca dari semua tulisan filosofis.
Machiavelli kawin dan punya enam anak. Dia meninggal dunia tahun 1527 pada umur
lima puluh
delapan.
The
Prince dapat dianggap nasihat praktek terpenting buat seorang kepada negara.
Pikiran dasar buku ini adalah, untuk suatu keberhasilan, seorang Pangeran harus
mengabaikan pertimbangan moral sepenuhnya dan mengandalkan segala, sesuatunya
atas kekuatan dan kelicikan. Machiavelli menekankan di atas segala-galanya yang
terpenting adalah suatu negara mesti dipersenjatai dengan baik. Dia
berpendapat, hanya dengan tentara yang diwajibkan dari warga negara itu sendiri
yang bisa dipercaya; negara yang bergantung pada tentara bayaran atau tentara
dari negeri lain adalah lemah dan berbahaya.
Machiavelli
menasihatkan sang Pangeran agar dapat dukungan penduduk, karena kalau tidak,
dia tidak punya sumber menghadapi kesulitan. Tentu, Machiavelli maklum bahwa
kadangkala seorang penguasa baru, untuk memperkokoh kekuasaannya, harus berbuat
sesuatu untuk mengamankan kekuasaannya, terpaksa berbuat yang tidak
menyenangkan warganya. Dia usul, meski begitu untuk merebut sesuatu negara, si
penakluk mesti mengatur langkah kekejaman sekaligus sehingga tidak perlu mereka
alami tiap hari kelonggaran harus diberikan sedikit demi sedikit sehingga
mereka bisa merasa senang."
Untuk
mencapai sukses, seorang Pangeran harus dikelilingi dengan menteri-menteri yang
mampu dan setia: Machiavelli memperingatkan Pangeran agar menjauhkan diri dari
penjilat dan minta pendapat apa yang layak dilakukan.
Dalam
bab 17 buku The Prince , Machiavelli memperbincangkan apakah seorang Pangeran
itu lebih baik dibenci atau dicintai.
Tulis
Machiavelli: "... Jawabnya ialah orang selayaknya bisa ditakuti dan
dicintai sekaligus. Tetapi ... lebih aman ditakuti daripada dicintai, apabila
kita harus pilih salah satu. Sebabnya, cinta itu diikat oleh kewajiban yang
membuat seseorang mementingkan dirinya sendiri, dan ikatan itu akan putus
apabila berhadapan dengan kepentingannya. Tetapi ... takut didorong oleh
kecemasan kena hukuman, tidak pernah meleset ..."
Bab 18
yang berjudul "Cara bagaimana seorang Pangeran memegang
kepercayaannya." Di sini Machiavelli berkata "... seorang penguasa
yang cermat tidak harus memegang kepercayaannya jika pekerjaan itu berlawanan
dengan kepentingannya ..." Dia menambahkan, "Karena tidak ada dasar
resmi yang menyalahkan seorang Pangeran yang minta maaf karena dia tidak
memenuhi janjinya," karena "... manusia itu begitu sederhana dan
mudah mematuhi kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya saat itu, dan bahwa
seorang yang menipu selalu akan menemukan orang yang mengijinkan dirinya
ditipu." Sebagai hasil wajar dari pandangan itu, Machiavelli menasihatkan
sang Pangeran supaya senantiasa waspada terhadap janji-janji orang lain.
The Prince (Sang Pangeran) sering dijuluki orang
"buku petunjuk untuk para diktator." Karier Machiavelli dan
pelbagai tulisannya menunjukkan bahwa secara umum dia cenderung kepada bentuk
pemerintahan republik ketimbang pemerintahan diktator. Tetapi dia cemas dan
khawatir atas lemahnya politik dan militer Italia, dan merindukan seorang
Pangeran yang kuat yang mampu mengatur negeri dan menghalau tentara-tentara
asing yang merusak dan menista negerinya. Menarik untuk dicatat, meskipun
Machiavelli menganjurkan seorang Pangeran agar melakukan tindakan-tindakan
kejam dan sinis, dia sendiri seorang idealis dan seorang patriot, dan tidak
begitu mampu mempraktekkannya sendiri apa yang dia usulkan.
Sedikit
filosof politik yang begitu sengit diganyang seperti dialami Machiavelli.
Bertahun-tahun, dia dikutuk seperti layaknya seorang turunan iblis, dan namanya
digunakan sebagai sinonim kepalsuan dan kelicikan. (Tak jarang, kutukan paling
sengit datang dari mereka yang justru mempraktekkan ajaran Machiavelli, suatu
kemunafikan yang mungkin prinsipnya disetujui juga oleh Machiavelli)!
Kritik-kritik
yang dilempar ke muka Machiavelli dari dasar alasan moral tidaklah, tentu saja,
menunjukkan bahwa dia tidak berpengaruh samasekali. Kritik yang lebih langsung
adalah tuduhan keberatan bahwa idenya itu bukan khusus keluar dari kepalanya
sendiri. Tidak orisinal! Ini sedikit banyak ada benarnya juga. Machiavelli
berulang kali menanyakan bahwa dia tidak mengusulkan sesuatu yang baru
melainkan sekedar menunjukkan teknik yang telah pernah dilaksanakan oleh para
Pangeran terdahulu dengan penuh sukses. Kenyataan menunjukkan Machiavelli tak
henti-hentinya melukiskan usulnya seraya mengambil contoh kehebatan-kehebatan
yang pernah terjadi di jaman lampau, atau dari kejadian di Italia yang agak
baruan. Cesare Borgia (yang dipuji-puji oleh Machiavelli dalam buku The Prince)
tidaklah belajar taktik dari Machiavelli; malah sebaliknya, Machiavelli yang
belajar darinya.
Kendati
Benito Mussolini adalah satu dari sedikit pemuka politik yang pernah memuji
Machiavelli di muka umum, karena itu tak meragukan lagi sejumlah besar
tokoh-tokoh politik terkemuka sudah pernah baca The Prince dengan cermat.
Konon, Napoleon senantiasa tidur di bantal yang di bawahnya terselip buku The
Prince, begitu pula orang bilang dilakukan oleh Hitler dan Stalin. Meski
demikian, tidaklah tampak jelas bahwa taktik Machiavelli lebih umum digunakan
dalam politik modern ketimbang di masa sebelum The Prince diterbitkan. Ini
merupakan alasan utama mengapa Machiavelli tidak ditempatkan lebih tinggi dari
tempatnya sekarang di buku ini.
Tetapi,
jika efek, pikiran Machiavelli dalam praktek politik tidak begitu jelas,
pengaruhnya dalam teori politik tidaklah perlu diperdebatkan. Penulis-penulis
sebelumnya seperti Plato dan St.
Augustine , telah mengaitkan politik dengan etika dan
teologi. Machiavelli memperbincangkan sejarah dan politik sepenuhnya dalam
kaitan manusiawi dan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan moral. Masalah
sentral, dia bilang, adalah bukan bagaimana rakyat harus bertingkah laku;
bukannya siapa yang mesti berkuasa, tetapi bagaimana sesungguhnya orang bisa
peroleh kekuasaan. Teori politik ini diperbincangkan sekarang dalam cara yang
lebih realisitis daripada sebelumnya tanpa mengecilkan arti penting pengaruh
Machiavelli. Orang ini secara tepat dapat dianggap salah satu dari pendiri penting pemikir politik
modern.
Niccolo
Machiavelli (Sang Penguasa) 1469-1527
Niccolo Machiavelli dilahirkan di Kota Florence di Jazirah Italia
pada 1469. Ia dibesarkan dalam keluarga ayahnya yang ahli hukum dan kaya.
Ayahnya membantu Machiavelli untuk menikmati pendidikan yang terbaik pada waktu
itu di Florence ,
karena ayahnya menginginkan kelak Machiavelli menjadi seorang teknokrat. Akan
tetapi, ibunya mengharapkan Machiavelli menjadi imam atau rohaniawan.
Machiavelli sendiri kemudian berkembang menjadi seorang politikus dengan
ide-ide yang kongkret, praktis, dan peka terhadap prioritas-prioritas tindakan
(Machiavelli, 1987: xix). Pada usia 25 tahun, ia telah berkecimpung dengan
kehidupan politik. Machiavelli pernah menjabat kedudukan tinggi dalam bidang
diplomatik, dalam mengatur organisasi ketentraman, serta mengurus korespondensi
resmi negaranya. Machiavelli pernah dipenjara dan dibuang karena dianggap
sebagai komplotan anti pemerintahan tahun 1513. Setelah dibebaskan kembali ia
memencilkan diri di sebuah tanah pertanian di luar kota . Disanalah ia mulai menuangkan ide
pikrannya ke dalam bentuk tulisan, Discorsi dan Principe
(Sang Pangeran).
Kejadian-kejadian politik pada waktu itu meninggalkan kesan yang
mendalam pada Machiavelli, ia menyaksikan runtuhnya kekuasaan keluarga Medici
yang sudah memerintah Negara Florence
selama beberapa generasi sekitar seratus tahun. Ia juga melihat runtuhnya suatu
kekuasaan yang tidak mendapat dukungan dari rakyat biasa.
Sementara itu, Machiavelli melihat sendiri betapa tidak stabilnya
kesadaran politik rakyat biasa, karena gampang diombang-ambingkan oleh
permainan politik golongan aristokrat, dimana Savoranola juga menjadi
anggotanya. Oleh karena itu, ia sadar betapa tidak stabil kekuasaan itu.
Padahal stabilitas kekuasaan sangat menentukan pertumbuhan rasa aman dan kultur
kerja di negara Florence
seperti dialami ketika Lorenzo Agung memerintah (Machivelli, 1987: xxi).
Selama empat belas yahun Machiavelli menjadi politikus praktis,
terlibat sebagai pelaku dalam panggung kekuasaan Republik Florence, dan
beberapa kali berperan sebagai diplomat atau pejabat negara. Dengan menjalankan
tugas diplomatik sebagai duta negara Florence ke negara-negara tetangga, maka
semangat patriotisme Machiavelli semakin menyala-nyala, tidak hanya terbatas
pada keamanan dan kesejahteraan Florence tanah airnya, tetapi juga tumbuh
menjadi cita-cita baru yaitu berdirinya Negara Italia yang baru sebagai bentuk
renaissance dari kekaisaran Romawi. Pada 1500 Machiavelli bertemu dengan Louis
XII Raja Prancis, untuk meminta bantuannya mengalahkan Pisa .
Selanjutnya, Machiavelli juga menjalin hubungan baik dengan Paus
Julius II. Maximilian (1459-1519) Kaisar Romawi Suci. Raja Ferdinand
(1452-1516) dari Spanyol hingga para penguasa Turki. Dari seluruh tokoh yang
ditemuinya selama bertugas sebagai Kanselir, yang paling dikagumi Machiavelli
adalah Cesare Borgia (1476¬-1507), putra Paus Alexander VI (Machiavelli, 1987:
xxii dan Machiavelli, 1997: 25).
Kekaguman pada pangeran dari Valentino tersebut semakin mengental
setelah selama empat bulan lebih ia tinggal di istana Morgia, milik Cesare
Borgia. Di sana
ia menyaksikan dari dekat bagaimana Cesare Borgia menghadapi dan menyelesaikan
krisis dan gejolak di negaranya. Cesare juga sering bertukar pikiran dengan
Machiavelli, terutama untuk menyatukan Italia. Seluruh percakapan dan
pengamatannya terhadap Cesare juga tokoh negarawan lainnya, dicatat secara
rinci oleh Machiavelli, dan kemudian dilaporkan dengan diam-diam ke Komisi
Sepuluh Republik Firenze. Catatan tersebut kelak menjadi bahan-bahan pokok bagi
Il Principe.
Pada saat Republik Firenze runtuh, bangsa Medici dengan batuan
pasukan Spanyol secara gemilang kembali merebut tahta kekuasaan Firenze , Desember 1512. Para
pengikut Soderini termasuk Machiavelli, kemudian dijebloskan ke penjara 1513.
Sebagian yang selamat melarikan diri dari Firenze .
Oleh karena bantuan para sahabat yang masih berpengaruh, dia dibebaskan dari
hukuman penjara. Namanya direhabilitasi, kemudian ia dipensiunkan pada usia 44
tahun. Ia menghabiskan masa pensiun dan masa kehidupannya dengan berdiam di
sebuah perkebunan kecil miliknya di luar Kota Florence, daerah San Cassino.
Selama tinggal di pedesaan itulah muncul pertanyaan-pertanyaan di
benak Machiavelli di antaranya, “mengapa kekuasaan mudah runtuh?”. “Bagaimana
caranya agar kekuasaan tetap lestari?” saat itu ia sedang dipuncak
kegundahannya. Hatinya pedih menyaksikan Italia yang luluh lantak oleh serbuan
pasukan asing, dan Firenze yang terus-menerus
dilanda perebutan kekuasaan. Namun yang paling membekas di hati Machiavelli
adalah kekuasaan Republik Firenze , bentuk
negara yang diidam-idamkannya.
Hasil percakapannya dengan buku-buku karya penulis klasik seperti
Livius, Cicero ,
dan Petrarch di kamar kerjanya yang sepi ditambah dengan hasil pengamatan dan
pengalamannya sendiri, kemudian dituangkan dalam berbagai tulisannya. Bukunya
yang paling terkenal adalah Il Principe/The Prince/ Sang Penguasa. Dengan karya
inilah Niccolo Machiavelli dituduh sebagai biang penyebar moral “tujuan
menghalalkan cara” (the end justifies the means). Istilah Machiavelli terlanjur
dipakai untuk segala pikiran, sikap, dan tindakan kotor, serta kejam dalam
politik.
Garis Besar Isi Buku
Sang Penguasa adalah buku yang dibuat Niccolo Machiavelli untuk
penguasa Florence ,
Lorenzo De’Medici yang sedang berkuasa pada waktu itu. Buku ini berupa surat yang panjang berisi
petunjuk bagaimana menjadi raja yang berkuasa, dan disegani oleh penduduk,
serta nasihat-nasihat bagaimana usaha untuk mempertahankan kekuasaan.
Pada dasarnya, menurut Machiavelli seorang raja boleh melakukan apa saja atau dengan kata lain boleh dengan segala cara untuk mendapatkan dan melanggengkan kekuasaan.
Pada dasarnya, menurut Machiavelli seorang raja boleh melakukan apa saja atau dengan kata lain boleh dengan segala cara untuk mendapatkan dan melanggengkan kekuasaan.
Pendapat Machiavelli ini bertolak dari kondisi riil tingkah laku
politik anggota masyarakat masing-masing negara yang telah diamati oleh
Machiavelli.
Tujuan dari semua usaha penguasa itu, adalah mempertahankan stabilitas suatu negara agar negara tetap aman dan apabila ada ancaman baik itu dari dalam maupun dari luar negeri maka diadakan tindakan penyelamatan. Tindakan yang diambil oleh penguasa tidak berdasarkan kepentingan rakyat. Akan tetapi, tergantung dari keadaan dan desakan situasi sosial tanpa mempedulikan apakah tindakan tersebut dinilai baik atau buruk oleh rakyat. Seorang penguasa tidak perlu takut akan kecaman yang timbul karena kekejamannya selama ia dapat mempersatukan dan menjadikan rakyat setia, dan demi keselamatan negara. Menurut Machiavelli seorang penguasa jauh lebih baik ditakuti oleh rakyatnya daripada dicintai.
Tujuan dari semua usaha penguasa itu, adalah mempertahankan stabilitas suatu negara agar negara tetap aman dan apabila ada ancaman baik itu dari dalam maupun dari luar negeri maka diadakan tindakan penyelamatan. Tindakan yang diambil oleh penguasa tidak berdasarkan kepentingan rakyat. Akan tetapi, tergantung dari keadaan dan desakan situasi sosial tanpa mempedulikan apakah tindakan tersebut dinilai baik atau buruk oleh rakyat. Seorang penguasa tidak perlu takut akan kecaman yang timbul karena kekejamannya selama ia dapat mempersatukan dan menjadikan rakyat setia, dan demi keselamatan negara. Menurut Machiavelli seorang penguasa jauh lebih baik ditakuti oleh rakyatnya daripada dicintai.
Dalam usaha menegakkan kekuasaannya seorang penguasa dapat melakukan
tindakan yang mengabaikan penilaian moral dari masyarakat, seperti misalnya
keluarga dari penguasa sebelumnya harus dimusnahkan semua untuk mencegah
terjadinya pemberontakan di kemudian hari. Hal itu harus dilakukan penguasa
atas desakan dan tuntutan situasi dalam menguasai suatu wilayah baru agar
ancaman terhadap kekuasaan wilayah tersebut lenyap, setelah itu baru menarik
simpati rakyat agar mendapatkan dukungan. Cara lain untuk mengamanan kekuasaannya
diwilayah baru adalah penguasa baru harus tinggal di wilayah tersebut,
mendirikan koloni-koloni, dan menempatkan pasukan serta infanteri dalam jumlah
yang besar. Wilayah baru dapat diperintah oleh penguasa penggantina tanpa
adanya pemberontakan walaupun penguasa baru tersebut telah meninggal bila
diperintah dengan bersatu dan para bangsawan tetap diberi kekuasaan di wilayah
mereka dimana mereka diakui dan dicintai. Jadi tugas penguasa adalah
mengamankan kekuasaan yang ada ditangannya agar dapat bertahan dengan langgeng.
Tujuan berpolitik adalah memperkuat dan memperluas kekuasaan. Untuk itu segala
usaha yang dapat mensukseskan tujuan dapat dibenarkan. Legitimasi kekuasaan
membenarkan segala teknik pemanipulasian supaya dukungan masyarakat terhadap
kekuasaan tetap ada. Keagungan seorang penguasa tergantung pada keberhasilannya
mengatasi kesulitan dan perlawanan.
Selain itu, untuk melanggengkan kekuasaannya seorang penguasa harus
mempunyai hukum dan angkatan perang yang baik. Hukum tidak akan berjalan dengan
baik tanpa adanya angkatan perang yang baik. Machiavelli dalam bukunya ini
tidak membahas masalah hukum, ia hanya membahas masalah angkatan perang saja.
Angkatan perang merupakan landasan seorang penguasa untuk mempertahankan
negaranya. Angkatan perang yang dimaksud adalah tentara sendiri bukan tentara
bayaran atau tentara bantuan, karena tentara bayaran dan tentara bantuan tidak
ada gunanya, mereka tidak disiplin dan tidak setia. Penguasa yang tidak
mempunyai tentara sendiri hanya mengandalkan nasib mujur saja, karena tidak
mempunyai sarana yang dapat diandalkan untuk mempertahankan negara pada
masa-masa sulit. Tentara sendiri adalah tentara yang terdiri dari rakyat atau
warga negara atau orang-orang yang dikuasainya. Penguasa harus mempelajari perang
dan organisasinya serta cara mendisiplinkan pasukannya.
Seorang penguasa yang bijaksana tidak harus memegang janji apabila
akan merugikan diri sendiri dan tidak ada alasan yang mengikat. Seorang
penguasa tidak akan kehabisan alasan untuk menutupi tipuannya dan keliohatan
seolah-olah baik. Dalam usaha mempertahankan wilayah kekuasaan biasanya
penguasa membangun benteng pertahanan, akan tetapi benteng-benteng ini bisa
berguna bisa juga tidak tergantung dari keadaan. Benteng dapat bermanfaat dan
dapat juga merugikan. Akan tetapi, benteng terbaik adalah menghindari jangan
sampai dibenci oleh rakyat. Seorang penguasa yang bijaksana mampu melihat dan
membaca situasi yang mengancamnya dan memperkecil bahaya yang dapat
ditimbulkannya. Ada
tiga macam kebijaksanaan. Pertama, dapat memahami masalahnya sendiri, kedua
menghargai pemahaman orang lain, dan yang ketiga tidak memahami masalah sendiri
dan tidak menghargai pemahaman orang lain. Dari ketiga hal itu, yang terakhir
merupakan sikap yang buruk.
Seorang
penguasa juga harus dapat memilih menteri yang baik, yaitu menteri yang
memikirkan dan mementingkan urusan penguasa dan negara. Penguasa harus menjalin
hubungan yang baik dengan menterinya dan saling mempercayai. Selain itu,
penguasa harus menyingkirkan para penjilat yang mengelilinginya dengan cara
tidak marah apabila ada orang yang mengatakan hal yang sebenarnya. Darimanapun
datangnya nasihat yang bijaksana, tergantung dari kebijaksanaan penguasa, dan
kebijaksanaan sang penguasa tidak tergantung pada nasihat yang baik.
Analisa
Dalam bukunya Sang Penguasa ini, Niccolo Machiavelli memberikan
petunjuk bahwa untuk menjadi seorang penguasa boleh melakukan segala cara. Ia
juga memberikan nasihat bagaimana menjadi seorang penguasa yang dapat
mempertahankan kelanggengan kekuasaannya dengan mengabaikan penilaian moralitas
dan agama. Machiavelli memisahkan antara kekuasaan negara dengan kehidupan
beragama dan kepentingan moral. Ia hanya membahas bagaimana mencapai tujuan
yaitu kekuasaan apapun caranya.
Pemikiran Machiavelli yang diutarakan dalam bukunya tersebut
menimbulkan pro dan kontra dikalangan masarakat luas, terutama yang menyangkut
hubungan antara kekuasaan dengan moral agama. Sebagian orang ada yang
mengatakan bahwa Machiavelli sebagai guru yang jahat (teacher of evil) yang
telah keluar dari moral dan ajaran agama, sehingga tak heran jika ia disebut
guru yang jahat. Akan tetapi sebagian lainya mengatakan bahwa ia tak sejahat
itu.
Beberapa bukti terhadap anggapan bahwa Machiavelli adalah orang yang
kejam, sadis dan tidak bermoral : yang pertama Machiavelli berpendapat bahwa
ada dua macam kerajaan, yaitu kerajaan warisan dan kerajaan baru. Akan tetapi
di antara dua kerajaan tersebut kerajaan barulah sering menimbulkan masalah
karena banyak menimbulkan kesan yang buruk seperti untuk menguasai daerah baru,
keluarga raja yang dulu berkuasa harus ditumpas habis agar tidak menimbulkan
pergolakan.Kedua perlu diadakan tindakan-tindakan yang keras pada rakyat
sehingga menimbulkan penderitaan yang besar bagi rakyat itu.Dengan tujuan
supaya rakyat tidak melawan kepada penguasa tersebut.
Menurut Machiavelli penguasa baru itu haruslah membuat suatu
penderitaan yang besar bagi sebagian rakyat. Ketiga apabila suatu negara yang
baru saja direbut , dan rakyatnya sudah terbiasa hidup bebas dan mengikuti
hukum, maka cara yang lebih baik untuk mempertahankan kekuasaan adalah
menghancurkan kota
itu, karena kalau tidak, maka sang penguasa akan mengalami kesulitan dan bukan
tanpa disadari ia akan hancur sendiri. Keempat ada ada dua cara untuk menjadi
penguasa di wilayah baru, yaitu melalui kemampuan sendiri dan karena faktor
nasib mujur. Dalam usaha sendiri, langkah yang bisa ditempuh adalah menciptakan
kerusuhan, membuat negara berontak sehingga ia memperoleh kekuasaan dengan aman
dari sebagian negara yang sudah dikuasai penguasa lain. Seperti yang dilakukan
Alexander VI terhadap Orisis dan Collona.Kelima, dalam hal persekutuan dengan
penguasa lain terutama dalam rangka mencapai suatu tujuan, maka sah-sah saja
menggunakan tipu muslihat. Tipu muslihat itu dapat dibenarkan untuk melanggengkan
jalan menuju kekuasaan.Keenam, ketika penguasa menggunakan kekuatan perang
asing atau bayaran, maka setelah perang usai maka seharusnya pasukan bayaran
itu dibantai habis. Kejahatan itu diperlukan demi keselamatan negara, karena
jika ia menampakkan kebaikan, justru akan membahayakan dan membawa kehancuran.Ketujuh,
seorang raja tidak perlu bermurah hati untuk membuat dirinya tersohor, kecuali
kalau ia mempertaruhkan dirinya, karena jika dilakukan menjadi rakus karena
ingin menghindari diri dari kemiskinan, sehingga ia menjadi rakus dan dibenci
rakyatnya.
Machiavelli selanjutnya menjelaskan, bahwa sikap kejam raja sangat
diperlukan seperti yang dilakukan Cesare Borgia, karena dengan kekejamannya ia
menjadikan kerajaan Romagia lebih baik.Dengan usaha memulihkan keamanan dan
kekuatan rakyat.
Jika diperhatikan justru ia memiliki sikap belas kasih dari pada orangFlorence yang ingin tidak
untuk disebutkan, tetapi membiarkan Viktoria dihancurleburkan. Oleh karena itu,
raja tidak perlu khawatir terhadap kecaman yang ditimbulkan karena kekejamannya
selama ia mempersatukan dan mewujudkan rakyat setia. Di samping ia seorang raja
yang memimpin pasukan tidak usah khawatir kalau disebut kejam, karena tanpa
sebutan itu tidak akan pernah dapat mempersatukan dan mengatur pasukan selama
itu, dengan cara tersebut justru ia semakin ditakuti dan dihormati pasuannya.
Dengan demikian seorang raja harus mengandalkan apa yang ada padanya dan
bukannya yang ada pada orang lain.
Jika diperhatikan justru ia memiliki sikap belas kasih dari pada orang
Menurut Machiavelli, bahwa ada dua cara berjuang yaitu melalui hukum
dan kekerasan cara pertama bagi manusia dan cara yang kedua adalah cara
binatang. Oleh karenanya seorang raja harus bersikap kadang-kadang sebagai
manusia manusia dan kadang sebagai binatang, tak ubahnya seperti rubah dan
singa. Dalam hal menepati janji, menurut Machiavelli manusia adalah mahluk yang
jahanam yang tidak menepati janji, sehingga anda tidak perlu menepati janji
pada manusia itu. Kemudian untuk pertahanan negara ia terpaksa bertindak berlawanan
dengan kepercayaan orang, belas kasih, kebaikan, dan agama mengetahui bagaimana
ia bertindak jahat jika diperlukan. Sementara itu cara untuk menghindari
kebencian pada rakyat, maka seorang raja harus menunjuk orang lain untuk
melaksanakan tindakan yang kurang menyenangkan rakyat, dan untuk melakukan
sendiri pembagian penghargaan kepada rakyat. Sekali lagi penguasa harus tetap
menghargai para bangsawan, tetapi tidak membuat dirinya dibenci rakyat.
Dengan demikian bukti-bukti tersebut dapat digolongkan pada
penafsiran bahwa Machiavelli digolongkan sebagai orang yang jahat di sebagian
orang, yang menilai sisi buruknya saja dari buku Principe II ini, tetapi
menurut sebagian orang mengatakan bahwa Machiavelli tidak sejahat itu,
didasarkan atas bukti-bukti di dalam buku Principe II, antara lain:
a. Mengenai
kekejaman, menurut Machiavelli dapat dilakukan dengan cara yang baik atau tidak
baik. Kekejaman itu bisa digunakan dengan baik jika hal tersebut dilakukan
sekali, demi keselamatan seseorang atau negara. Oleh karena dengan cara itu
kekuasaannya akan bertahan lama. Walaupun penguasa mengalami kesulitan, raja
tidak boleh kejam, karena kebijaksanaan yang telah ditunjukkan raja pada
rakyatnya. Kebaikan raja tersebut akan dipandang sebagai sesuatu yang tidak tulus
atau hanya sebatas lip service.
b. Menurut
Machiavelli sebelum melakukan tindakan keras ia menganjurkan pengadilan sipil
di tengah propinsi untuk mengadili rakyat yang melanggar hukum. Setiap kota mempunyai
perwakilannya di pengadilan tersebut.
c. Penguasa
harus memelihara persahabatan dengan rakyat, karena kalau tidak ia tidak
mempunyai teman yang dapat memberikan bantuan pada waktu negara dalam keadaan
perang.
d. Raja tidak
perlu khawatir disebut kejam, karena kekejaman itu diperlukan guna keselamatan negara.
Hal itu didasarkan kalau dia berbuat baik justru akan membawa kehancuran.
Sementara kalau dia menampakkan kejahatannya justru akan mendatangkan keamanan
dan kemakmuran.
e. Negara yang
diperintah dengan baik dan raja yang bijaksana selalu berusaha untuk membuat
para bangsawan berputus asa, dan berusaha memakmurkan dan membahagiakan
rakyatnya. Hal itu merupakan usaha penting yang harus dilakukan seorang raja.
Dengan demikian raja tidak perlu khawatir dengan adanya pembangkangan. Rakyat
tidak akan membangkang jika rakyat mencintai rajanya.
f. Hal yang
membuktikan Machiavelli tidak sejahat yang dibayangkan orang adalah adanya
seruan untuk peduli terhadap rakyat, karena kalau raja tidak perduli dengan
rakyat maka raja akan dibenci oleh rakyatnya.
g. Selain itu
Machiavelli juga menyarankan agar raja memperhatikan dan percaya terhadap
orang-orang yang berbakat, dengan memberikan motivasi dan penghargaan terhadap
orang itu. Dengan cara ini roda kehidupan akan berjalan dengan tenang, sehingga
akan tercipta kemakmuran di tengah-tengah masyarakat. Pada akhirnya Machiavelli
menyarankan raja agar membebaskan Italia dari penguasa Barbar. Untuk itu
diperlukan pasukan rakyat diseluruh wilayah Italia untuk menghadapi bangsa
Barbar.
Oleh karena dengan menggunakan fasilitas itu pasukan sendiri akan
menjadi lebih baik. Mereka lebih setia dan mudah dipersatukan, dipimpin dan
diurus oleh raja. Dengan demikian keadilan akan bisa diwujudkan di wilayah
Italia di bawah suatu kepemimpinan. Hal itu diperjuangkan melalui perang, karena
harapan hanya dapat diperoleh melalui perang, dan perang itu suci.
Buku ini merupakan anjuran yang diberikan kepada Raja Medici, karena
setelah
Lorenzo meninggal kekuasaan berpindah ke tangan putranya yaitu Pietro De Medici dan seiring dengan peralihan kekuasaan Florence semakin memudar dan bahkan wilayah ini menjadi suatu wilayah yang tidak stabil. Oleh karena kekuasaan yang tidak normal pada waktu itu, penguasa tidak sekuat pendahulunya. Dari obsesi yang diuraikan Machiavelli disesuaikan dengan pengalamannya sendiri pada masa renaissance.
Lorenzo meninggal kekuasaan berpindah ke tangan putranya yaitu Pietro De Medici dan seiring dengan peralihan kekuasaan Florence semakin memudar dan bahkan wilayah ini menjadi suatu wilayah yang tidak stabil. Oleh karena kekuasaan yang tidak normal pada waktu itu, penguasa tidak sekuat pendahulunya. Dari obsesi yang diuraikan Machiavelli disesuaikan dengan pengalamannya sendiri pada masa renaissance.
Obsesi Machiavelli bahwa tujuan politik adalah untuk memperkuat dan
memperluas kekuasaan. Segala usaha untuk menyukseskan tujuan itu dapat
dibenarkan legitimasi kekuasaan membenarkan segala teknis pemanipulasian dukungan
masyarakat terhadap kekuasaan yang ada dan pemisahan antara prinsip, moral, dan
etika. Prinsip-prinsip ketatanegaraan didasarkan pada adanya perbedaan antara
moral dan tata susila merupakan suatu kemungkinan yang diharapkan, sedangkan
ketatanegaraan adalah suatu ketatanegaraan yang dihadapi sehari-hari. Oleh
karena itu, politik tidak perlu memperhatikan bidang moral.
Citra Machiavelli dalam pendapat umum bahwa ia merupakan politikus
yang telah memisahkan agama dan moral. Politik yang kemudian ia cap sebagai
orang yang tidak bermoral. Hal itu hanya didasarkan pada alasan-alasan oleh
orang yang mengatakan bahwa ia adalah guru yang jahat. Sang penguasa yang
ditulis oleh Machiavelli bertolak dari profil dan pola menajemen kekuasaan
Cesare Borgia yang sepantasnya diterapkan untuk kehidupan ketatanegaraan Florence di masa depan.
Harapan machiavelli dengan penulisan Principe II yaitu mencari seorang yang
diharapkan dapat menjadi penguasa yang sebenarnya. Akan tetapi janganlah
terburu-buru untuk menyimpulkan Machiavelli merupakan sosok seorang yang jahat,
sehingga citranya menjadi buruk. Menurut penulis bahwa apa yang ditulisnya
sesungguhnya ingin memberikan pemikirannya dalam politik ketatanegaraan Italia
yang pada waktu itu dalam keadaan tidak stabil banyak penguasa yang korup dan
rakus akan duniawi.
Kesimpulan
Karya Machiavelli merupakan suatu bacaan yang kaya akan
nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk bagi seorang penguasa dalam menjalankan
ketatanegaraan. Sebenarnya kekuasaan yang ditulis dalam buku Principe II,
merupakan pengalaman-pengalaman dari hasil yang didapatnya pada zaman itu
ketika ia hidup dimasa renaissance, dan ia pun mencurahkan
pemikiran-pemikirannya melalui sebuah tulisan.
Dengan bukunya Machiavelli mengharapkan dan berusaha mencari seorang pangeran atau bahkan seorang tokoh agama sekalupun yang dapat berperan sebagai seorang penguasa yang dapat mempersatukan Italia dan membawanya kepada kemegahan serta kemakmuran.
Dengan bukunya Machiavelli mengharapkan dan berusaha mencari seorang pangeran atau bahkan seorang tokoh agama sekalupun yang dapat berperan sebagai seorang penguasa yang dapat mempersatukan Italia dan membawanya kepada kemegahan serta kemakmuran.
Menurut penguasa harus bertopang kepada suatu kekuasaan, yang mana
kekuasaan itu harus dipupuk dan dikembangkan kalau memang ingin berhasil dalam
memimpin suatu negara. Segala sesuatu yang membuat lemah kekuasaan harus segera
dikesampingkan. Menurut Machiavelli, agama atau pemimpin agama yang memperlemah
kekuasaan itu atau menggerogoti kekuasaannya maka harus segera pula
dikesampingkan, demikian pula dengan ajaran moralitas yang mengajarkan
kekuasaan adalah sebuah tindakan yang didasarkan pada perilaku dan tingkah laku
penguasa itu sendiri.
Negara akan aman dan bertahan lama, bila penguasanya kuat. Untuk
itu, penguasa tidak cukup berwatak pemberani, gagah perkasa apalagi hanya
mengandalkan nasib mujur. Ia harus penuh perhitungan dan lihai menggunakan
segala kesempatan.
Sebagian besar daftar isi buku Sang Penguasa di antaranya: 1. Berbagai Macam Kerajaan dan Cara Menegakkannya. VI. Wilayah-wilayah Baru yang disebut dengan Kekuatan Senjata dan Kemampuan Sendiri. VIII. Berkuasa dengan Jalan Kekejaman. XII. Organisasi Militer dan Pasukan Tentara. XIV. Kewajiban Raja Terhadap Angkatan Perang. XXI. Bagaimana Seorang Raja Harus Bertindak Untuk Tetap Disegani Rakyat
Sebagian besar daftar isi buku Sang Penguasa di antaranya: 1. Berbagai Macam Kerajaan dan Cara Menegakkannya. VI. Wilayah-wilayah Baru yang disebut dengan Kekuatan Senjata dan Kemampuan Sendiri. VIII. Berkuasa dengan Jalan Kekejaman. XII. Organisasi Militer dan Pasukan Tentara. XIV. Kewajiban Raja Terhadap Angkatan Perang. XXI. Bagaimana Seorang Raja Harus Bertindak Untuk Tetap Disegani Rakyat
Secara keseluruhan isi buku
tersebut menunjukkan bagaimana seorang penguasa harus bertindak untuk merebut,
mempertahankan, dan menghindari hilangnya kekuasaan.
Ajaran tentang penguasa ideal tersebut bersumber dari kisah Achilles, Sang pahlawan dalam legenda Yunani Kuno. Dalam kisah itu diceritakan bagaimana Achilles menjadi raja yang digjaya setelah menimba ilmu perang pada Chiron, mahluk setengah manusia setengah kuda.
Ajaran tentang penguasa ideal tersebut bersumber dari kisah Achilles, Sang pahlawan dalam legenda Yunani Kuno. Dalam kisah itu diceritakan bagaimana Achilles menjadi raja yang digjaya setelah menimba ilmu perang pada Chiron, mahluk setengah manusia setengah kuda.
Patuh pada hukum dan moral dianggap sebagai keharusan dan cara yang
paling terpuji bagi penguasa. Akan tetapi cara ini terbukti seringkali tidak
memadai untuk mengatasi masalah/kesulitan. Oleh karena itu, penguasa yang ingin
sukses harus melengkapi diri dengan cara licik dan kejam yang biasa dipakai
binatang dalam mempertahankan hidupnya, dan sanggup menerapkan cara-cara
tersebut dengan tepat. Penguasa tidak boleh menyimpang dari sifat-sifat baik,
tetapi jika perlu ia boleh memakai cara licik dan kejam.
Ajaran Machiavelli tersebut sesuai dengan pandangan umum masa
Renaissance bahwa manusia dapat menentukan nasibnya sendiri. Seseorang bisa
berhasil dalam hidupnya bila mengandalkan virtue (keutamaan), dan tidak lagi
berharap pada fortune(kemujuran). Virtue dan Il Principe bisa diartikan sebagai
sikap aktif penguasa demi efisiensi politik. Faktor penentu bagi tegak dan
kukuhnya kekuasaan adalah kemampuan dan keterampilan penguasa. Penguasa yang
baik harus mampu mengelola kemujuran dan menganggap kemujuran tak lebih dari
kesempatan (chance).
Penguasa yang mengandalkan virtue lah yang akan membangkitkan
kembali masa kejayaan Romawi, dan berkuasa di seluruh wilayah Italia. Inilah
cita-cita pokok Machiavelli yang tertuang dalam bab XXVI, bab terakhir Il
Principe. Saran untuk Membebaskan Italia dari Tangan Bangsa Barbar
(Machiavelli, 1987: 105).
Pemikiran Machiavelli tersebut sebagai sikap jemu terhadap pertengkaran-pertengkaran doktrin. Machiavelli membuka jalan bagi pemikiran kekuasaan yang sekuler. Bagi Machiavelli, politik adalah seni dari kemungkinan. Machiavelli menerima bahwa baik dan jahat merupakan sifat-sifat yang dimiliki semua orang. Seorang penguasa yang berhasil harus merupakan “Sebagian Singa Sebagian Kancil” (Apter, 1996: 76-77).
Pemikiran Machiavelli tersebut sebagai sikap jemu terhadap pertengkaran-pertengkaran doktrin. Machiavelli membuka jalan bagi pemikiran kekuasaan yang sekuler. Bagi Machiavelli, politik adalah seni dari kemungkinan. Machiavelli menerima bahwa baik dan jahat merupakan sifat-sifat yang dimiliki semua orang. Seorang penguasa yang berhasil harus merupakan “Sebagian Singa Sebagian Kancil” (Apter, 1996: 76-77).
Machiavelli juga bukan seorang yang Atheis, karena dapat dilihat
dari pendapatnya tentang nasib dan takdir, walaupun itu hanya separuh dari
perbuatan kita dan separuhnya lagi karena usaha kita sendiri. Selain itu,
dilihat dari pendapatnya tentang agama Romawi Kuno yang lebih integratif, dan
pendapatnya bahwa agama bermakna bila berguna bagi politik dan kekuasaan
(Suhelmi, 2001: 139).
Machiavelli tidak begitu simpati pada gereja kristen, karena banyak
kemerosotan-kemerosotan moral yang dilakukan oleh para pendeta yang
bertentangan dengan ajaran agama yang mereka anut.
Pemikiran Machiavelli yang seperti hal-hal tersebut, membuat
masyarakat berasumsi bahwa Machiavelli orang yang menganjurkan berbuat jahat
dan mengabaikan nilai-nilai moralitas demi kekuasaan dan kelanggengan
kekuasaan. Hanya saja Machiavelli mengeluarkan pendapatnya secara terang-terangan.
Jadi pendapat masyarakat itu tidak sepenuhnya benar.
Komentar
Posting Komentar